1.1. Latar Belakang Masalah
Indonesia adalah bangsa yang sangat besar,
tetapi banyak masyarakat yang tidak
tahu akan nenek moyang bangsa Indonesia sendiri. Dengan semakin berkembangnya
zaman, semakin banyak masyarakat yang tidak perduli akan sejarah nenek
moyangnya sendiri . Hal ini mengakibatkan Sumber Daya Manusia di Indonesia
masih di ragukan . berangkat dari permasalahan ini, kami ingin membahas tentang
Asal Usul dan Persebaran Manusia di Kepulauan Indonesia.
1.2. Identifikasi Masalah
Melihat semua hal yang melatar belakangi Kebudayaan Asal
Usul dan Persebaran Manusia di Kepulauan Indonesia maka,
kami menarik beberapa
point-point di dalammya yaitu :
1. Evolusi Manusia
2. Asal Usul Manusia Indonesia
3. Pessebaran Manusia di Kepulauan
Indonesia
1.3. Perumusan Masalah
Atas dasar penentuan latar belakang dan identiikasi masalah
diatas, maka kami dapat mengambil perumusan masalah sebagai berikut:
”Bagaimana
Asal Usul Manusia Indonesia dan
Persebarannya di Kepulauan Indonesia?”
1.4. Tujuan Penulisan
Penulisan makalah ini dilakukan untuk dapat memenuhi
tujuan-tujuan yang dapat bermanfaat bagi para remaja dalam pemahaman tentang
Asal Usul dan Persebaran Manusia di Kepulauan Indonesia. Secara terperinci
tujuan dari penelitian ini adalah:
1.
Mengetahui apa itu teori evolusi manusia !
2.
Mengetahui bagaimana asal usul manusia Indonesia !
3.
Mengetahui bagaimana persebaran manusia di kepulauan Indonesia !
BAB II
PEMBAHASAN
PEMBAHASAN
ASAL USUL DAN PERSEBARAN MANUSIA DI INDONESIA
2.1. Kehidupan awal manusia Indonesia
1.
Teori Kehidupan di Bumi
Berdasarkan penelitian tentang
lapisan kulit bumi atau menurut geologi, dilakukan pembagian zaman sebagai
berikut:
a. Zaman Arkaekum, yaitu zaman tertua
dan diperkirakan sekitar 2500 juta tahun. Pada zaman ini keadaan bumi belum
stabil, kondisi bumi dan udara masih panas, kulit bumi dalam proses
pembentukan.
b. Zaman Palaeozoikum berusia sekitar
340 juta tahun. Pada zaman ini keadaan bumi masih belum stabil dan masih terus
berubah-ubah.
c. Zaman Mesozoikum berusia sekitar 140
juta tahun. Pada zaman ini, kehidupan mengalami perkembangan yang sangat pesat.
d. Zaman Neozoikum atau Kalnozoikum
berusia sekitar 60 juta tahun yang lalu. Pada zaman ini keadaan bumi semakin
membaik, perubahan cuaca tidak begitu besar dan kehidupan berkembang dengan
pesat. Zaman ini dibedakan atas dua macam, yaitu:
ü Zaman Tersier; pada zaman ini
kehidupan dari jenis-jenis binatang besar mulai berkurang dan telah hidup dari
jenis-jenis binatang menyusui yaitu sejenis kera dan monyet.
ü Zaman Kuarter; berusia sekitar
600.000 tahun yang lalu. Pada zaman ini mulai muncul dan berkembang tanda-tanda
kehidupan dari manusia purba. Namun zaman ini dibedakan atas dua macam, yaitu
Kala Pleistosin dan Kala Holosin.
2.
Pendapat Para Ahli Mengenai
Kehidupan Awal
Keberadaan
masyarakat awal di Kepulauan Indonesia diketahui dan didukung oleh beberapa
teori dan pendapat yang dikemukakan oleh tokoh-tokoh ahli. Beberapa petunjuk tentang keberadaan
masyarakat awal di Kepulauan Indonesia antara lain dikemukakan oleh tokoh-tokoh
di bawah ini.
1) Max Muller menyatakan bahwa asal
dari bangsa Indonesia adalah daerah Asia Tenggara.
2) Prof. Dr. H. Kern menyatakan bahwa
bangsa Indonesia berasal dari daerah Campa,
3) Kochin Cina, Kamboja. Kern juga
menyatakan bahwa nenek moyang bangsa Indonesia mempergunakan perahu-perahu
bercadik menuju kepulauan Indonesia.
4) Van Heine Geldern berpendapat bahwa
bangsa Indonesia berasal dari daerah Asia.
5) Willem Smith menyatakan dalam
penelitiannya tentang asal-usul bangsa Indonesia melalui penggunaan bahasa oleh
bangsa Indonesia.
6) Hogen menyatakan bahwa bangsa
yang mendiami daerah pesisir Melayu berasal dari Sumatera.
7) Drs. Moh. Ali menyatakan bahwa
bangsa Indonesia berasal dari daerah Yunan.
8) Prof. Dr. Kroom menyatakan bahwa
asal-usul bangsa Indonesia dari daerah Cina Tengah, karena pada daerah Cina
Tengah terdapat sumber-sumber sungai besar. Mereka menyebar ke wilayah
Indonesia sekitar tahun 2000 SM sampai tahun 1500 SM.
9) Mayundar menyatakan bahwa
bangsa-bangsa yang berbahasa Austronesia berasal dari India, kemudian menyebar
ke Indo-China terus ke daerah Indonesia dan Pasifik.
10) Prof. Moh. Yamin menentang semua
pendapat yang dikemukakan oleh para ahli. Dia berpendapat bahwa asal bangsa
Indonesia dari daerah Indonesia sendiri.
11) Dr. Brandes yang dikirim ke Indonesia
pada tahun 1884 menyatakan bahwa bangsa yang bermukim di kepulauan Indonesia
memiliki banyak persamaan dengan bangsa-bangsa pada daerah-daerah yang
membentang dari sebelah utara pulau Formosa, sebelah barat daerah Madagaskar,
sebelah selatan yaitu tanah Jawa; Bali, sebelah timur sampai ke tepi pantai
barat Amerika.
Berdasarkan penyalidikan terhadap
penggunaan bahasa yang dipakai di berbagai kepulauan, Kern berkesimpulan bahwa
bangsa Indonesia berasal dari satu daerah dan menggunakan bahasa yang sama yaitu
bahasa Campa dan agak ke utara yaitu daerah Tonkin. Sekitar tahun 1500 SM, nenek moyang
bangsa Indonesia yang berada di daerah Campa didesak oleh bangsa lain
dari Asia Tengah (daerahnya lebih ke arah utara).
Dalam
perkembangan selanjutnya, berbagai bangsa yang mendiami wilayah Indonesia telah
membentuk komunitas sendiri sehingga mendapat sebutan tersendiri, seperti di
daerah Aceh disebut dengan suku bangsa Aceh, di Jawa Barat disebut dengan suku
bangsa Sunda, dan lain-lain.
Berdasarkan teori-teori atau pendapat-pendapat dari beberapa
ahli disimpulkan, ada dua hal yang menarik tentang asal-usul bangsa yang
menempati daerah kepulauan Indonesia.Pertama, bangsa Indonesia
berasal dari daerah Indonesia sendiri. Kedua, penduduk yang
menempati daerah kepulauan Indonesia diperkirakan berasal dari daratan Asia.
Walaupun demikian, terdapat pula pendapat dari beberapa ahli
yang menyebutkan bahwa masyarakat awal yang menempati wilayah Indonesia
termasuk rumpun bangsa Melayu. Bangsa Melayu langsung jadi nenek moyang bangsa
Indonesia sekarang dapat dibedakan menjadi dua, yaitu:
1)
Bangsa Proto Melayu
Bangsa ini memasuki wilayah Indonesia dengan melalui dua
jalan, yaitu jalan barat (melalui Semenanjung Melayu terus ke Sumatera dan
selanjutnya tersebar ke seluruh Indonesia) dan jalan timur (melalui Filipina
terus ke Sulawesi dan selanjutnya tersebar ke seluruh Indonesia). Bangsa Proto
Melayu kemudian terdesak ke arah timur setelah kedatangan bangsa Deutro Melayu.
Pada masa sekarang masih dapat ditemukan keturunan bangsa Proto Melayu seperti
suku bangsa Dayak, Toraja, Batak, Papua (Irian Barat) dan sebagainya.
2) Bangsa Deutro Melayu
Bangsa Deutro Melayu memasuki wilayah Indonesia secara
bergelombang sejak tahun 500 SM. Keturunan bangsa Deutro Melayu misalnya suku
bangsa Jawa, Melayu, Bugis, Minang dan sebagainya. Kebudayaan mereka ini sering
disebut dengan kebudayaan Dong Son (sesuai dengan nama daerah yang banyak
ditemukan benda-benda dari logam di daerah Teluk Tonkin).
2.2.
Perkembangan
kehidupan manusia purba di indonesia
1. Apa
itu Manusia Purba?
Manusia purba (prehistoric people) adalah jenis
manusia yang hidup jauh sebelum tulisan ditemukan. Manusia purba diyakini telah
mendiami bumi sekitar 4 juta tahun lalu. Kehidupan manusia purba masih sangat
sederhana. Untuk menopang kehidupannya mereka menggunakan alat-alat yang masih
sangat sederhana. Biasanya alat yang digunakannya terbuat dari batu. Para ahli
dapat mendeskripsikan kehidupan manusia purba setelah menemukan fosil atau
artefak peninggalan manusia purba.
2.
Para Peneliti Manusia Purba di Indonesia
Fosil adalah tulang-belulang manusia maupun hewan dan
tumbuh-tumbuhan yang telah membatu. Sedangkan artefak adalah peralatan dan
perlengkapan kehidupan manusia sebagai hasil dari kebudayaannya.
Fosil-fosil manusia purba banyak ditemukan di Indonesia.
Para ahli hanya dapat membuat berbagai macam perkiraan atau penafsiran sebagian
kecil kehidupan manusia purba. Berikut ini adalah para ahli yang meneliti
keberadaan manusia purba di Indonesia.
Eugene Dubois Eugene Dubois adalah seorang dokter berkebangsaan Belanda
yang pertama kali datang ke Indonesia. Eugene Dubois berhasil menemukan fosil
tengkorak pada tahun 1890 di dekat Desa Trinil, Jawa Timur. Fosil itu diberi
nama Pithecanthropus erectus(artinya manusia kera yang berjalan
tegak).
Ter Haar, Oppenoorth, G.H.R von Koenigswald Ketiga peneliti mengadakan
penelitian di daerah Ngandong (Kabupaten Blora). Mereka berhasil menemukan
empat belas fosil manusia purba. Fosil-fosil itu lebih dikenal Homo
Soloensis. Sekitar tahun 1936-1941, von Koenigswald menemukan fosil rahang
bawah yang berukuran sangat besar, sehingga diberi nama Meganthropus
Paleojavanicus (diduga sama dengan Homo Mojokertensis)
Tjokrohandoyo dan Duifjes Usaha
penggalian yang dilakukan oleh Tjokrohandoyo di bawah pimpinan Duifjes telah
menemukan dua fosil. Fosil-fosil
yang ditemukan di Desa Perning dekat Mojokerto dan Sangiran. Fosil yang
ditemukan itu diberi nama Homo mojokertensis.
Prof. Dr. Teuku Jacob Prof. Dr. Teuku Jacob melakukan
penelitian di Desa Sangiran dan meluas di sepanjang aliran sungai Bengawan
Solo. Penelitian ini berhasil menemukan 13 fosil dan fosil terakhir ditemukan
tahun 1973 di Desa Sambung Macan dan Sragen.
3. Jenis
Manusia Purba di Indonesia
Beberapa jenis manusia purba yang berhasil ditemukan di
Indonesia, di antaranya:
Meganthropus
paleojavanicus. Meganthropus berarti manusia besar.
Pithecanthropus berarti manusia kera.
Eugene Dubois menyimpulkan bahwa fosil ini memiliki volume otak 900 cc yang
lebih kecil dibandingkan dengan volume otak manusia yang di atas 1000 cc dan
volume otak kera yang tertinggi hanya 600 cc.
a.
Pithecanthropus
erectus
Pithecanthropus erectus berarti manusia kera yang sudah dapat berjalan
tegak.
b.
Pithecanthropus
mojokertensis
Pithecanthropus mojokertensis berarti manusia kera
dari Mojokerto.
c.
Pithecanthropus
soloensis
Pithecanthropus soloensis berarti manusia kera dari Solo.
d.
Homo
Sapien
Homo sapien adalah jenis manusia purba
yang telah memiliki bentuk tubuh yang sama dengan manusia sekarang.
Jenis fosil Homo sapien ini juga ditemukan
di daerah Indonesia, yaitu di daerah Wajak dan fosilnya diberi nama Homo
wajakensis. Berdasarkan hasil penelitiannya itu disimpulkan bahwa Homo
wajakensis termasuk golongan bangsa Austroloide. Tetapi
berdasarkan penelitian von Koenigswald fosil ini termasuk Homo sapien.
4. Hasil-hasil
Budaya Manusia Purba di Indonesia
Kebudayaan adalah sebuah hasil pemikiran manusia yang
dilakukan dengan sadar, yaitu sadar untuk apa segala sesuatu itu dilakukan atau
diperbuat.
a.
Kebudayaan Material atau Kebendaan
Kebudayaan material yang mereka kenal pada awalnya berupa
alat-alat yang dapat membantu untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Seperti
peralatan berburu, peralatan untuk mengumpulkan makanan atau meramu. Awalnya
peralatan yang mereka buat masih sangat sederhana, yakni terbuat dari batu atau
tulang. Dalam perkembangan berikutnya, akal pikiran manusia semakin maju, maka
peralatan-peralatan kehidupan yang dibuatnya pun bertambah bagus. Perkembangan
peralatan-peralatan ini terjadi pada masa Mesolitikum. Hasil kebudayaan yang
berhasil ditemukan seperti kapak genggam Sumatera, kapak pendek (Bache
courte), pebble, flakes dan lain-lain.
Pada masa kehidupan menetap dan bercocok tanam, pola pikiran
manusia mengalami perkembangan yang cukup pesat. Bangsa Indonesia mulai
mengenal peralatan-peralatan dari logam dalam bentuk logam campuran, yaitu
logam tembaga dengan timah yang disebut perunggu. Peralatan-peralatan yang
terbuat dari logam di antaranya kapak corong atau kapak sepatu, nekara, bejana
perunggu, berbagai bentuk perhiasan perunggu dan lain-lain.
b.
Kebudayaan Rohani
Kebudayaan rohani mulai muncul dalam kehidupan manusia sejak
manusia mengenal sistem kepercayaan dalam hidupnya. Yang berlangsung
sejak masa berburu dan mengumpulkan makanan. Hal ini terdeteksi melalui peneman
kuburan yang menunjukkan bahwa masyarakat sudah memiliki anggapan tertentu dan
memberikan penghormatan terakhir kepada orang yang meninggal.
Inti kepercayaan terhadap roh nenek moyang teus berkembang
dari zaman ke zaman yang terlhat pada peninggalan-peninggalan berupa tugu-tugu
batu seperti bangunan-bangunan masa Megalitikum. Namun, lama kelamaan semenjak
berkembangnya pola pikir manusia, manusia semakin menyadari keberadaan hidupnya
yang berada di tengah-tengah alam semesta. Sejak saat itu, manusia mulai
menyadari dan merasakan adanya kekuatan yang mahadasyat atau mahabesar di luar
dirinya sendiri dan kekuatan tersebut ada sepanjang masa.
2.3.
Budaya
bacson-hoabinh, dong son, sa huynh, india di Indonesia
1.
Perkembangan Buaya Bascon-Hoabinnh
Istilah bascon hoabinh dipergunakan
sejak tahun 1920-an, yaitu untuk menunjukan suatu tempat pembuatan alat-alat
batu yan khas dengan ciri dipangkas pada satu atau dua sisi permukaannya.
Daerah tempat penemuan dari peninggalan kebudayaan Bascon-hoabinh ditemukan di
seluruh wilayah Asia Tenggara, hingga Myanmar (Burma) di barat dan ke utara
hingga propinsi-propinsi selatan dan kurun waktu antara 18000 dan 3000 tahun yang
lalu.
Ciri khas alat batu kebudayaan
bascon-Hoabinh adalah penyerpihan pada satu atau dua sisi permukaan batu kali
yang berukuran lebih kurang satu kepalan, dan sering kali seluruh tepiannya
menjadi bagian yang tajam.
Disamping alat-alat bantu yang berhasil ditemukan, juga
ditemukan alat-alat serpihan, batu giling dari berbagai ukuran, alat-alat dari
tulang dan sisa-sisa tulang belulang manusia yang dikkububkan dalam posisi
terlipat serta ditaburi zat warna merah.
Sementara
itu, di daerah Vietnam ditemukan tempat-tempat pembuatan alat-alat batu,
sejenis alat-alat batu dari kebudayaan Bascon-Hoabinh. Bahkan di Goa Xom Trai
ditemukan alat-alat batu yang sudah diasah pada sisi yangn tajam.
Di wilayah Indonesia, alat-alat batu dari kebudayaan
Bascon-Hoabinh dapat di temukan di daerah Sumatera, Jawa, Nusa Tenggara,
Kalimantan, Sulawesi sampai ke Papua.
2.
Perkembangan Budaya Dong Son
Pembuatan perunggu di daerah Vietnam Utara dimulai sekitar
tahun 2500 SM dan dihubunkan dengan taap-tahap budaya Dong Dau dan Go Mun.
Namun perlu diketahui bahwa benda perunggu yang telah ada sebelum tahun 500 SM
terdiri atas kapak corong dan ujung tombak, sabit bercorong, ujuk tombak
bertangkai, mata panah dab benda-benda kecil lainnya.
Penemuan benda-benda dari kebudayaan Dong Son sangat penting
karena benda-benda logam yang ditemukan di wilayah Indonesia pada umumnya
bercorak Dong Son. Budaya perunggu bergaya Dong Son tersebar luas di wilayah
Asia Tenggara dan kepulauan Indonesia.
Budaya Dong Son sangat besar pengaruhnya terhadap
perkembangan perunggu di Indonesia. Bahkan tidak kurang dari 56 nekara yang
berhasil ditemukan di beberapa wilayah Indonesia dan terbanyak nekara di
temukan di Sumatera, jawa, dan Maluku selatan.
Berdasarkan penemuan itu, para ahli
menyimpulkan bahwa tidak mungkin nekara-nekara itu dibuat pada masyarakat di
daerah-daerah tempat penemuannya. Oleh karena itu, dari sudut gaya dan
kandungan timahnya yang cukup tinggi maka nekara-nekara yang di temukan di
Indonesia diperkirakan dibuat di Cina.
Pengamatan yang menarik dari berner kempers menunjukkan
bahwa semua nekara yang ditemukan di sebelah timur Bali mempunyai empat patung
katak pada bagian bidang pukulnya.
3.
Perkembangan Budaya Sa Huynh
Budaya Sa Huynh di Vietnam bagian selatan didukung oleh
suatu kelompok penduduk yang berbahas Austronesia (Cham) yang diperkirakan
berasal dari daerah-daerah di kepulauan Indonesia.
Para pakar arkeologi Vietnam menyatakan bahwa hasil-hasil
penuamuan benda-benda arkeologi diduka menjadi bukti cikal bakal budaya ini.
Sebelum adanya budaya Sa Huynh atau budaya turunan langsung, di daerah Vietnam
bagian selatan sepenuhnya didiami oleh bangsa yang berbahasa Austronesia.
Dari sudut pandang Indonesia,
keberadaan orang-orang Cham dekat pusat-pusat penemuan benda-benda logam di Vietnam
Utara pada akhir masa prasejarah mempunyai arti yang amat penting, karena
meraka adalah kelompok masyarakat yan mengunakan bahasa Austronesia dan
mempunyai kedekatan kebangsaan dengan masyarakat yang tinggal di kepulauan
Indonesia.
Dengan demikian benda-benda perunggu yang tersebar sampai ke
daerah Indonesia melalui jalur-jalur antara lain:
melalui
jalur darat;
yaitu muangthai dan malaysia terus kepulauan Indonesia.
melalui
jalur laut; yaitu
denganmenyebrangi lautan dan terus tersebar di daerah kepulauan Indonesia
Kebudayaan Sa Huynh yang diketahui
hingga saat sekarang kebanyakan berasal dari penemuan kubur tempayan dan
penguburan ini adalah adat kebiasaan yang mungkin dibawa oleh orang-orang Cham
pertama kepulauan indonesia.
Penemuan-penemuan Sa Huynh terdapat di kawasan pantai mulai
dari Vietnam tengah ke selatan sampai ke delta lembah sungai mekong. Kebudayaan
dalam bentuk tempayan kubur yang ditemukan di Sa Huynh termasuk
tembikar-tembikar yang berhasil ditemukan itu memiliki hiasan garis dan bidang-bidang
yang diisi dengan tera tapian kerang.
Kebudayaan Sa Huynh yang berhasil ditemukan meliputi
berbagai alat yang bertangkai corong seperti sekop, tembilang dan kapak. Namun
ada pula yang tidak bercorong seperti sabit, pisau bertangkai, kumparan tenun,
cincin dan gelang berbentuk spiral.
Peralatan dari besi lebih banyak dipakai dalam kebudayaan Sa
Huynh adalah dari kebudayaan Dong Son. Benda-benda perunggu yang berhasil
ditemukan di daerah Sa Huynh berupa berbagai perhiasan, gelang, lonceng dan bejana-bejana
kecil. Dengan demikian, kebudayaan Sa Huynh diperkirakan berlangsung
antara tahun 600 SM sampai dengan tahun masehi.
4.
Perkembangan Budaya India di
Indonesia
Upaya penyebaran kebudayaan orang-orang India melalui
hasil-hasil karya sastra. Hasil karya sastra berbahasa sansekerta dan tamil,
sudah berkembang di wilayah Asia Tenggara termasuk Indonesia.
Menjelang tahun 70 M terdapat bukti bahwa cengkeh dari
maluku telah mencapai roma melaluui aktivitas pelayaran dan perdagangan. Antara
abad pertama hingga kelima masehi muncul pusat-pusat perdagangan di wilayah
Indonesia. Hal ini yang menyebabkan daerah di Indonesia akhirnya menjadi pusat
pertemuan para pedagang dari Cina dengan India dan Romawi.
Semakin ramainya kegiatan perdagangan ini membawa dampak
terhadap perkembangan budaya India di wilayah Indonesia. Bahkan pengaruh India
dalam perkembangan sejarah Indonesia terlihat cukup besar. Pengaruh India
berhasil masuk ke berbagai sektor kehidupan masyarakat Indonesia. Hal ini
dibuktikan dengan keberadaan masyarakat Indonesia yang beragama Hindu dan
Budha, serta berdirinya kerajaan-kerajaan di Indonesia yang mendapat pengaruh
india seperti Kerajaan Kutai, Tarumanegara, Holing dan kerajaan-kerajaan yang
berdiri pada masa selanjutnya.
5.
Perkembangan Budaya Logam di
Indonesia
Pesatnya perkembangan teknologi perunggu di wilayah
Indonesia diikuti dengan muculnya pusat-pusatpembuatan benda-benda dari logam.
Tempat-tempat pembuatan benda-benda dari logam ini dapat ditemukan di daerah
Jawa, Bali, Madura, dan lain-lain.
a.
Tahap Logam Awal di Sumatera
Pada daratan Pasemah di daerah sumatera selatan banyak
ditemukan kubur batu dari tradisi Megalitikum. A.N. Vander Hoop (1932) berhasil
menemukan kubur peti batu di daerah tegur wangi. Dari kubur itu ditemukan
manik-manik kaca dan sepatu benda-benda logam.
Di samping itu, di Pasemah ditemuukan patung manusia dan
hewan yan dipahat sebagai relief yang mandiri atau pada sekeliling bongkahan
batu besar dengan gaya yang dinamis.
b.
Tahap Logam Awal di jawa
Di pulau Jawa terdapat banyak
situs-situs peninggalan dari taha[ logam awal, terutama dalam hubungan dengan
kubur peti atau sarkofagus.dalam penelitian yang dilakuukan A.N. van der Hoop
(1935) di daerah gunung kidul dekat wanosari, Jawa Tengah, membuktikan bahwa
pada kubur-kubur peti batu ditemukan bekal kubur berupa peralatan-peralatan
dari besi seperti pisau bertangkai, belati, kapak dan pahat.
Situs-situs jawa lainnya yang
menghasilkan benda-benda budaya tahap logam awal terdapat di daerah leuwilliang
dekat bogor jawa barat dan di daerah Pejatan sebelah selatan jakarta. Namun selain daerah-daerah di atas,
masih terdapat daerah-daerah lain di pulau Jawa yang menghasilkan benda-benda
logam pada tahap awal.
c.
Tahap Logam awal di bali
Perkembangan benda-benda logam awal di pulau Bali terkait
dengan kubur, karena benda-benda logam ditemukan dalam jumlah yang cukup banyak
pada sargofagus. Namun, benda-benda lainnya yang berhasil ditemukan seperti
perhiasan, selubung tangan yang terbuat dari kumparan kawat perunggu, serta
alat-alat perunggu dengan bentuk sabit dan hati. Daerah-daerah tempat
penemuannya seperti daerah Gilimanuk ditemukan tombak besi yang bertangkai,
pisau belati besi berganggang perunggu, manik-manik dari emas kaca dan
lain-lain, di daerah Pangkung Liplip ditemukan penutup mata dan mulut dari emas
dan sebagainya.
d.
Tahap Logam Awal di Sumba
Tradisi penguburan di Sumba, Nusa tenggara Barat pada masa
logam awal telah melibatkan berbagai benda-benda dari logam. Bejana-bejana
tembikar berukuran kecil ditempatkan di dalam atau di sekitar tempayan besrta
manik-manik gelang dan benda-benda logam lainnya sebagai benda bakal kubur yang
paling umum. Namun, bagaimana perkembangan masyarakat Sumba pada tahap logam
awal benyak ditemukan sebagai bekal kubur dan peralatan rumah tangga, bertani,
berkebun dan lain-lain.
e.
Tahap Logam Awal di Kepulauan Talaud
dan Maluku Utara
Penguburan di dalam tempayan berhasil ditemukan oleh para
ahli di goa kecil leang buidane. Penguburan dalam tempayan di daerah ini
aslinya ditempatkan dilantai gua.
Sementara itu, didaerah maluku utara berhasil ditemukan
sisa-sisa penguburan dalam tempayan yang berhasil digali dari Goa Uattamdi di
pulau kayoa.
f.
Tahap Logam Awal di Sulawesi
Pada goa-goa di sulawesi selatan ditemukan kuburan
tempayan. Tembikar yang ditemukan di daerah tersebut diperkirakan punya
hubungan dengan tembikar dari kubur tempayan di daerah ulu leang-leang di
kawasan maros, Sulawesi selatan.
Sementara itu, di daerah Sulawesi tengah juga ditemukan
jenis-jenis tempayan kubur. Pada tempayan-tempayan tersebut banyak ditemukan
benda-benda logam sebagai bekal kubur. Daerah tempat penemuan tempayan
kubur yaitu di daerah Bada sebelah barat Danau Poso. Pada daerah ini
ditemukan tembikar berpola hias dan berukir.
BAB 3
PENUTUP
PENUTUP
3.1
Kesimpulan
Asal usul
manusia berkaitan dengan teori evolusi. Tokoh yang mengeluarkan teori evolusi
ialah Charles Darwin. Berdasarkan teorinya, Darwin mencoba memberikan
jawaban tentang asal-usul manusia dan bagaimana manusia itu mengalami
perkembangan secara fisik. Penemuan manusia purba di Indonesia dapat
menjelaskan tentang asal usul dan penyebaran manusia di Indonesia. Berdasarkan
penemuan-penemuan tersebut maka timbul berbagai teori mengenai asal usul dan
persebaran manusia di Indonesia.
3.2 Saran
Demikianlah
makalah ini saya susun dengan baik. Semoga dapat bermanfaat bagi pembaca.
Penulis menyadari makalah ini masih banyak kekurangan, maka penulis
mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun untuk menyempurnakan
makalah ini .